EMPATI! Apa sih empati? empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui dan mengenal perasaan serta berbagi perasaan mereka dengan orang lain. Perlukan Empati dipupuk sejak dini? Menurut momC sangat amat perlu! Kadang-kadang momC suka tercengang melihat fenomena sehari-hari yang cukup mengagetkan. Contohnya lagi ngobrol-ngobrol rame-rame sama teman yang tentunya berbeda latar belakang, agama , golongan, politik dll eh tiba-tiba ada si X nyeletuk suatu hal yang terkesan menyindir agama,politik, latar belakang teman lainnya yang saat itu sedang ada di situ juga. Sering loh terjadi IMC-ers, dan momC suka kaget sendiri dan sulit respek kalau hal itu terjadi. Tentunya saya sendiri ga sempurna pasti sering keceplosan sana sini nyeletuk ya IMC-ers, tapi I am talking about purposely saying it in front of other people….dan bukan anak-anak melainkan orang tua yang mengatakan hal tersebut, momC hilang respek langsung.
Penting IMC-ers mengenalkan empati pada anak usia dini, meskipun mereka masih dibilang masih “kecil” tapi sebenarnya mereka sudah bisa kok menangkap berbagai emosi dan ekspresi dari orang-orang di sekitarnya. Baik itu sedih, kecewa, kaget, malu, dll. Nah susah-susah gampang ya mengenalkan konsep ini kepada anak usia dini, karena empati itu bukan hanya kemampuan si kecil mengenal perasaan orang lain tetapi juga berkaitan dengan hal selanjutnya yang ia lakukan. Tricky part! untuk si kecil dapat mengerti berbagai perasaan orang lain , tentunya si kecil sendiri setidaknya perlu mengenal dan bahkan mengalami sendiri berbagai emosi dan luapan perasaan tersebut. Susah-susah gampang kan?
IMC-ers anak yang bisa berempati biasanya less agressive (secara fisik) dan juga lebih ngga suka “Bully” anak lain. Karena mereka mengerti dan dapat mengenal bagaimana rasanya kalau ia berada di posisi anak lain. Selain itu ia cenderung percaya diri dan membela temannya yang di bully. Jujur aja momC mungkin agak idealis, momC ga suka ngelihat “buli membuli” di sekolah, menurut momC GA ADA KERENNYA ! ga ada kerennya mengucilkan teman yang berbeda, kurang mampu secara finansial, ataupun lainnya. Biasanya momC akan berbalik ajak dan undang teman yang dikucilkan itu supaya si buli yang merasa keren sadar, dia ga keren sama sekali guys! Selain itu momC juga ingin mengajarkan prinsip percaya diri dan mencintai diri sendiri kepada C supaya tidak membiarkan dirinya sama sekali di “bully”.
Nah gimana sih cara mengenalkan Empati pada anak usia dini. Di sini momC rangkum 5 hal penting yang dapat kita lakukan untuk mulai mengenalkan hal ini kepada anak usia dini sedini mungkin :
- Respon Kita Saat si Kecil Terluka (Fisik)
Misalkan si kecil jatuh dan terluka, sering kan kita (termasuk momC) keceplosan bilang ” It is OKAY , You are FINE! “ (“ok ok aja kan? kamu baik baik aja cuma gitu aja loh!) Nah sebenarnya maksud kita baik dan mau nenangin karena si kecil nangis berkoar-koar, tapi sebenarnya pesan yang ia tangkap adalah duh aku sakit kok dibilang ga apa apa ya? aku benar-benar kesakitan loh! Nah hal ini pun dadC suka keceplosan karena kan laki-laki memang lebih logika ya, sedangkan momC udah berlatih dari tahun-tahun lalu sekalian belajar dari mommies di sini teman-teman momC dari berbagai belahan negara mereka ngga bilang ” YOU ARE FINE!!” tapi mereka menunjukan perhatian dan acknowledge (mengiyakan) bahwa “Iya memang sakit ya, jatuh memang sakit…sini mommy peluk / usap-usap.”
Nah dengan yang ini momC setuju sekali, karena dampaknya C juga balik berempati ke kita. Misalkan momC ga mood dan capek,C bisa bilang “Mom you look tired , kasihan mommy…” atau suatu hari dadC kakinya tertimpa kardus besar lalu C mukanya langsung sedih dan menghampiri dadC “Kasihan daddy, kasihan daddy..” (Sambil berusaha usap-usap kaki dadC) How sweet ! tapi C mengerti berbagai emosi dan empati itu karena saat iya terjatuh pun kita mengatakan hal yang sama (meskipun kadang lupa juga kalau buru-buru.) tapi overall we try as much as we can to show empathy to C.
2. Mengenalkan Berbagai Emosi ke si Kecil
Nah misalkan kalau lagi mengeringkan tangan menggunakan hand dryer C kadang suka ragu-ragu. MomC antisipasi dengan mengatakan dan melihat mata C “Iya C, mengagetkan ya, suaranya kencang sekali ya memang..mommy juga kaget…” Nah dengan demikian C ngga trauma sama suara tersebut meskipun tetap ragu selalu. Atau suatu hari momC lelah sekali dan kecewa karena C ngga mau makan sama sekali masakan momC ya momC jujur aja bilang “C , I am really upset and dissapointed. I did cook special food for you….” Jadi intinya kita berusaha mengenalkan berbagai emosi dalam berbagai jenis skenario kehidupan dengan demikian si kecil mengenal juga berbagai luapan emosi tersebut. Sedangkan kalau senang ya tentunya momC suka sengaja muji C walau C kelihatanya ga dengar “Daddy, tadi C rapihin semua bukunya loh, momC bangga sekali dengan C!” (MomC tau C pasti dengar, tapi momC seakan-akan ngomong ini ke DadC.)
3. Gunakan Kegiatan Baca Buku Untuk Mengenalkan Empati
Bisa juga kita gunakan sarana buku untuk mengenalkan berbagai skenario dan jenis perasaan serta emosi pada anak. Salah satu kesukaan momC adalah buku “It is Okay to Make Mistake” karena di situ C mengerti bahwa semua orang pasti melakukan kesalahan dan it is okay, even mom and dad make mistakes! Banyak kok buku-buku yang MomC lihat yang bertemakan tentang pengenalan emosi dan perasaan terhadap anak. Nah bisa di cek dan mulai dieksekusi dijadikan bahan #1000BukuDalam3Tahun #1000BukuIndonesiaMontessori ya!
4. Mencoba Mengerti Penyebab Kelakuan si Kecil
Misalkan suatu hari entah ngga tau kenapa C nangis dan mood nya kurang bagus…..memang tendensinya biasanya kita langsung ikut bingung kenapa ya anak ini dll? Sebaliknya kita bisa katakan “Oh mungkin C lapar ya? C pegal ya lompat-lompat seharian?” Biasanya C lebih kooperatif karena merasa dimengerti lalu ia ngga pernah sampai menjadi-jadi ngamuknya. Tapi momC perhatikan semakin kita berusaha menutup dan mengiyakan (acknowledge) kekurangan dan perasaan C, ia semakin nangis. Again, we are not perfect, here and there we are tired and make mistakes but this guideline really works! Beberapa hari lalu C kecapean main-main dan meltdown padahal C bukan tipe yang sering meltdown , tapi ini betul-betul sudah lewat jam tidur C. MomC panggil C ngga mau, akhirnya C nangis-nangis ga mau tidur. Akhirnya momC gendong dan bawa ke kamar tapi masih aja menjadi-jadi bilang “One more time, just play one more time!!!!!!!” karena Ngotot banget dan baru kali ini liat C sengotot itu (untungnya saat itu momC lagi kesadaran penuh!!! haha) momC “OK , janji ya sekali lagi aja?” nah C ajak momC ke ruang mainnya dan OAAAAALLAHHH ternyata dia masih gregetan sama puzzle IQ nya yang belum pas dan mungkin karena ngantuk biasanya easy peasy ini meleset dan ketuker…jadi C ternyata gelisah dan kepikiran sama IQ Puzzlenya yang belum pas dan jadi ga bisa ditutup. C bilang “bantu ini bantu!!!” dia kelihatan kesal sekali karena ga bisa ditutup dan biasanya C ngga pernah minta tolong tutup puzzle ini, akhirnya momC dan C ulang lagi dan berhasil ditutup dan setelah itu C “lega” dan langsung tidur. Ternyata oh ternyata, ngerti si rasanya gregetan nyangkut di hati kalau ga selesai…
5. Memberi Contoh
Terakhir tentunya ya memberi contoh ya IMC-ers, seperti pepatah buah ngga jauh-jauh dari pohonnya. MomC percaya anak itu akan imitasi kelakukan orang tuanya baik dan buruk. Makanya momC suka sedih kalau melihat ada mommies yang saling menjatuhkan, berkompetisi tidak sehat, sikut menyikut demi hal-hal tertentu bahkan sampai menjatuhkan orang lain dll. Takut ya! Kalau dipikir apa benar sih? mommies mau hal itu ditiru anak-anak? apakah betul tujuan dan kehidupan hanya semata-mata uang? anak akan melihat dan mengerti dinamika dan prioritas setiap keluarga. MomC dilahirkan di keluarga yang menjunjung keluarga itu nomor 1 , yang penting rame-rame dan uang bukan segalanya. Uang tentunya penting, tapi kalau sampai membutakan anda, berarti anda dikuasai uang. Ngga mau kan jadi mommies yang suka bully mommies lainnya? we are HIGHER than that IMC-ers, integritas, persahabatan, kejujuran itu masih diperlukan di dunia ini dan Montessori sangat menjunjung pendidikan karakter bagi anak usia dini yang tentunya dimulai dari setiap keluarga di rumah. Dan ingat , your kids need your presence not your presents. (baca : uang)
Yuk kenalkan empati pada si kecil, tentunya di mulai dari diri sendiri. MomC tentunya masih perlu banyak belajar supaya lebih peka lagi dan bisa menavigasi keadaan. Jadi ibu memang betul, membuat kita lebih dewasa dan berkaca diri, it is an opportunity to be a better person! Good Luck IMC-ers!