Ada banyak hal yang terjadi selama seharian. Banyak juga emosi yang bergonta-ganti kita rasakan dari pagi sampai malam. Faktanya, menurut ilmu psikologi, semua emosi itu valid.
Kita bisa jadi senang, marah, sedih, dan lain sebagainya. Dan itu semua valid. Tapi…
Emosi itu perlu diregulasi. Meskipun valid, bukan berarti kita boleh ‘membesar-besarkannya’. Terutama saat berhadapan dengan anak.
Semakin gede, emang adaaa aja ya mom tingkah anak yang suka bikin kita elus dada. Kadang saya juga pingin mendadak pindah ke planet Mars 15 menittttt aja. Tapi karena saya tahu itu nggak mungkin, maka baiklah let’s bare with this emotions….
Buat saya pribadi, mengasingkan diri di kamar mandi sebentar aja sambil menata hati adalah short escape yang cukup ampuh. Iyaaa, saya tahu sih anak di luar sana udah heboh, teriak, nangis, dan segala macem. Tapi ketimbang kesulut amarah, saya biasa minta izin ke anak sebentar aja ke kamar mandi.
Minim buat cuci muka biar lebih fresh hahaha.
Ok, ini adalah cara saya untuk meregulasi emosi supaya nggak tersulut emosi saat berhadapan dengan anak yang lagi ‘lucu-lucunya’.
1. Take some space
Yap, saya hampir selalu minta izin anak untuk ke kamar mandi sebentar kalau ubun-ubun saya udah mulai panas. Seenggaknya, saya jadi punya sedikit waktu untuk menata emosi yang udah acak adul ini.
Selagi di kamar mandi, sekalian saya tarik nafas dalam-dalam, sambil ngebayangin juga kira-kira gimana sih dampaknya kalau kita juga ikutan kesulut emosi. Kayanya makin runyam nggak sih?
Boro-boro anak jadi tenang, yang ada makin rungsing, takut, atau nangis kejer. So, yaudah yuk kita senyumin aja.
2. Mengenali penyebab dan tanda-tandanya
Seringkali hal-hal yang mebuat orangtua kesal sebenarnya bukan anak. Bisa jadi karena pasangan, cucian yang menumpuk, atau pekerjaan kantor yang nggak selesai-selesai. Sehingga ketika anak ‘berulah’, meledak sudah emosi itu.
Kita mungkin sering merasa kemarahan yang meledak-ledak datang begitu saja tanpa peringatan, tapi sebenarnya tubuh kita udah ngasih sinyal sebelum itu terjadi lho, mom.
Misalnya detak jantung yang lebih cepat, perut kerasa nggak nyaman, napas jadi lebih cepat, badan terasa hangat alias kepanasan, dan lain sebagainya.
Nah, kalau kita bisa mengenali tanda-tandan ini, sebenarnya akan lebih mudah untuk mengontrolnya lho, mom. Seengaknya kita bisa lebih ‘menerima keadaan’. Baiklah saya sedang marah, maka saya harus begini begitu.
3. Menenangkan diri sebelum bertindak
Semarah-marahnya orangtua, jangan sampai ya mom kita melakukan kekerasan fisik ataupun secara verbal. Buat saya ini BIG NO BANGET… Soalnya ini tuh bisa meninggalkan luka inner child yang bisa terbawa hingga mereka dewasa nanti.
Itu sebabnya sangat penting untuk bisa menguasai diri. Cara termudahnya adalah dengan menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ini termasuk teknik mindfulness juga lho, mom. Ibarat tombol jeda gitu supaya bisa lebih menata emosi.
Bahkan kalau perlu (dan bisa), coba cari cara untuk tersenyum dan tertawa untuk mengurangi ketegangan. Biar mood juga lebih baik juga, mom.
Mommies, inilah beberapa cara yang biasa saya lakukan saat sedang merasa ‘berantakan’. Sekali lagi, semua emosi itu valid tapi bisa diregulasi. Dan sudah tugas kita untuk terus belajar sembari mendampingi anak-anak. Jadi, tetap semangat ya, mom! Kita semua hebat! Dan setiap kamu lelah, coba ingat-ingat nasehat ini.
The days are long but the years are short — Gretchen Rubin