Hati saya selalu hangat setiap melihat tatapan ibu pada anak-anaknya. Membuat saya berpikir kalau menjadi ibu adalah hal yang sangat menyenangkan. Sampai-sampai tatapan matanya saja begitu meneduhkan dan memancarkan kasih sayang yang luar biasa.
Tapi setelah mengalaminya sendiri, saya baru sadar ternyata menjadi ibu tak pernah seindah pikiran saya waktu itu.
Andai saja dulu orangtua saya bilang kalau baby blues is real jadi kamu tak perlu ambil hati orang lain yang mengomentari caramu merawat bayi, dan ini, dan itu…
Barang kali saya bisa jadi seseorang yang lebih siap ‘menjadi ibu’. Sehingga saya tak perlu ikut menangis frustasi kalau anak tidak berhenti menangis padahal sudah disusui, diganti popoknya, dan diganti bajunya.
Saya mungkin tidak akan merasa jadi orang paling lelah sedunia karena harus seharian mengurus bayi dan malamnya masih berkali-kali terbangun karena harus menyusui.
Dan saya mungkin tidak akan merasa sangat kesepian di tengah segala macam keriuhan ini. Andai saja dulu ada yang bilang…
But thanks God. I made it. I’ve been there, done there. But stand still.
Masa-masa kalut itu pernah saya alami. Dan saya yakin, saya bukan satu-satunya yang merasakan itu.
Tapi sekarang saya harus berterima kasih pada diri saya sendiri karena masih tetap berjuang meskipun sudah berkali-kali ingin menyerah. Terima kasih, aku!
Jadi, di bulan yang spesial ini, saya ingin semua ibu mendengar 3 hal ini. Tolong dibaca ya, mom!
1. You are special just the way you are
Mom, saya tahu ini kedengarannya sangat klise. Tapi percayalah, kamu spesial dengan segala hal yang sudah kamu usahakan.
Meskipun orang-orang di luar sana masih banyak yang mempertanyakan kenapa kamu melahirkan caesar, kenapa anaknya minum sufor, kenapa nggak kerja padahal udah S2, dan kenapa-kenapa lainnya.
Banyak sekali hal menyebalkan di luar sana. Dan kamu tak bisa menutup mulut semua orang. Tapi kamu bisa gunakan kedua tanganmu untuk menutup telinga. Dengarkan apa yang perlu didengarkan, dan biarkan sisanya lewat begitu saja tanpa perlu mampir ke hati.
Kamu adalah orang yang setiap hari merawat anakmu. Kamu adalah orang yang tak pernah putus doanya agar mereka tumbuh sehat. Dan kamu adalah orang yang terus berjuang tak peduli seberapa kalut harimu.
So mom, you are just special just the way you are and thank you. You are enough!
2. It is hard because it is hard
Mungkin cuma di iklan TV aja yang anaknya tetep anteng pas diganti popoknya. Mungkin kamu juga heran kenapa bayi-bayi di sosmed bisa lahap banget makannya sementara anakmu pake ngereog dulu kalau waktunya makan.
Tapi ya begitulah hidup HAHAHAHA….
Hari ini saya bisa menulis ini sambil senyum-senyum, padahal dulu (bahkan sampai sekarang juga sih) saya juga sama stressnya seperti kamu, kita, dan mereka.
Saya pusing banget tiap anak GTM padahal udah ganti menu, naik turunin tekstur, dan segala macem.
Dan sampai anak saya udah dua pun, saya madih tetep rungsing banget tiap anak ketularan sakit dari orang di sekitarnya. Bukannya mesti sat set cari obat, justru bawaanya malah panik, sedih, kesel, dan ngerasa bersalah banget karena kecolongan. Wohoooo nyampur aduk jadi satu.
Sampe kadang sering saya ngerasa gagal jadi ibu. Padahal saya, dan kita semua, tahu dan sadar betul kalau kita sudah berusaha sekuat-kuatnya. Sampai akhirnya saya lumayan ketabok sama quote ini.
It is hard because it is hard. Not because you are doing wrong or not capable.
3. Days are long but…
Sering saya iri dengan pencapaian teman-teman saya yang lebih ‘sukses’. Enak ya mereka masih bisa begini begitu, punya ini itu, jalan kesana kesini, dsb.
Pas lihat ke diri sendiri, nggak jarang jadinya malah mengasihani diri dan lupa bersyukur. Padahal dengan kondisi yang dijalani sekarang alhamdulillah secara finansial cukup, anak sehat, suami suportif, orangtua siap membantu kalao dibutuhkan, dan banyaaaak lagi.
Tapi saya sekarang juga lagi belajar untuk lebih menata ekspektasi dan berdamai dengan keadaan. Mungkin sekarang saya belum bisa sesukses mereka, masih harus ikhlas menunda mimpi, dan sebagainya. But, it is soooo okay!
Saya percaya Tuhan punya rencana yang lebih indah dan lebih tepat waktu. Saya pun mungkin nggak akan punya cukup energi untuk mewujudkan segala harapan-harapan itu once at time. Jadi akhirnya saya memilih untuk lebih legowo dan berdamai dengan keadaan.
Menikmati peran utama saya sekarang ini, yakni sebagai ibu. Saya cukupkan rasa syukur karena anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan baik hati. Saya bersyukur masih bisa tetap kerja di rumah sambil mengawasi anak-anak.
Saya emang nggak tahu bisa seperti ini sampai kapan tapi saya yakin waktu saya untuk membersamai anak-anak itu nggak lama. Tau-tau anak udah sekolah, abis gitu kuliah di luar kota, and so on.
So, days are long but years are short.
Mom, terima kasih ya sudah menjadi versi terbaikmu untuk merawat anak-anak. Terima kasih masih terus, terus, terus, dan selalu berjuang meskipun sudah ribuan kali ingin menyerah. Terima kasih sudah berbagi inspirasi dan apresiasi untuk ibu-ibu lain di luar sana. Semoga langkahmu selalu dimudahkan, pundakmu dikuatkan, dan hatimu dipenuhi syukur.
Selamat Hari Ibu!