Dear IMC-ers, akhirnya sempat juga menulis salah satu kegiatan kami beberapa saat yang lalu ya, #IMCHitamPutih .Kegiatan ini sudah pernah C lakukan sebelumnya jadi ini bersifat pengulangan which is fine and malahan lebih baik karena di setiap kesempatan pasti ada hal baru yang C temukan dan eksplorasi lagi. Kali ini kegiatan kami terinspirasi dari pendekatan Reggio dan menggunakan cat berwarna putih , cat berwarna hitam , kertas putih, kertas hitam dan berbagai ukuran kuas.
Pada kesempatan seperti ini C bebas memilih ingin eksplorasi yang mana dulu , semakin banyak waktu yang kita berikan , tidak diburu-buru , semakin banyak kesempatan yang C bisa serap dan temukan dalam eksplorasi menggunakan kedua warna ini. Seperti layaknya scientist, anak usia dini juga melakukan percobaan-percobaan dalam kegiatan yang ia lakukan sehari-hari dan menemukan berbagai fakta dan ide dari kegiatan-kegiatan yang ia lakukan ini.
Kertas berwarna hitam dan kertas putih , cat hitam dan cat putih…kedua warna ini berkebalikan yah C! coba ya kalau cat hitam di atas kertas putih akan menjadi seperti apa? sebaliknya apabila C gunakan cat putih di atas kertas hitam akan tampak seperti apa? C tampak seru dengan kegiatan ini dan meminta 2-3 lembar kertas hitam dan putih lagi untuk mengulang-ulang penemuannya yang ia katakan “COOOOLLL Mommyy!!”
Hitam adalah warna yang kuat , mendalam dan juga gelap ya C, kalau cat putih di kertas putih jadi apa ya? C bilang “Tuh ga keliatan tuh…kayak gitu putihh…” (sambil tunjuk-tunjuk kertas putihnya). Sambil melakukan kegiatan ini C pun belajar menggunakan kuas dengan hati-hati, kadang C seru banget sampai ditekan…nah kalau sudah begini kertasnya sobek…jadi C berusaha lebih hati-hati supaya ujung kuasnya tetap berdiri dan tidak terlalu ditekan sehingga merobek kertas khususnya kertas yang masih basah…lebih mudah sobek ya C.
Selanjutnya saya biarkan C mulai mencampur-campur warna hitam dan putih dan menemukan sendiri apa yang terjadi…ia terus menerus menggunakan cat dan dicampur-campur sehingga menghasilkan beberapa shades of gray yang berbeda hehe…setelah C selesai kami keringkan dan jemur hasil karya C…lalu saat DadC pulang C biasanya menunjukkan hasil karyanya “look look I painted this today!” yuk di coba dan sertakan hashtag #IMCHitamPutih yaaa untuk seru-seruan tuker ide dengan IMC readers lainnya 🙂 Have FUN!
Oh ya ini saya share puisi dari Loris Malaguzzi ya Founder dari Reggio Emilia approach , saya menyukai pendekatan beliau untuk kreatifitas , seni dan juga cara anak berekspresi…saya merasa sangat komplementer dan mengisi dengan metode Montessori.
The Hundred Languages
No way. The hundred is there.
The child
is made of one hundred.
The child has
a hundred languages
a hundred hands
a hundred thoughts
a hundred ways of thinking
of playing, of speaking.
A hundred always a hundred
ways of listening
of marveling, of loving
a hundred joys
for singing and understanding
a hundred worlds
to discover
a hundred worlds
to invent
a hundred worlds
to dream.
The child has
a hundred languages
(and a hundred hundred hundred more)
but they steal ninety-nine.
The school and the culture
separate the head from the body.
They tell the child:
to think without hands
to do without head
to listen and not to speak
to understand without joy
to love and to marvel
only at Easter and at Christmas.
They tell the child:
to discover the world already there
and of the hundred
they steal ninety-nine.
They tell the child:
that work and play
reality and fantasy
science and imagination
sky and earth
reason and dream
are things
that do not belong together.
And thus they tell the child
that the hundred is not there.
The child says:
No way. The hundred is there.
-Loris Malaguzzi (translated by Lella Gandini)
Founder of the Reggio Emilia Approach
Saya suka sekali artikel ini, kebetulan anak saya sekolah di sekolah yang berbasis pendekatan Reggio, sementara di rumah saya banyak menggunakan pendekatan Montessori, memang 2 pendekatan ini sangat melengkapi satu sama lain. Puisi The Hundred Language inipun saya cetak di play room anak, sehingga bisa menjadi remainder saya setiap kali menemani anak main, sehingga tidak memaksakan pikiran atau kemauan saya kepada anak. Terima kasih IMC, artikel ini sangat inspiratif sekali. ☺️