Bermain memang dunia anak-anak. Sekalipun sedang belajar, suasannya pun harus menyenangkan seperti sedang bermain. Dan setiap orangtua harus paham betul bahwa bermain bukan hanya soal bersenang-senang, tapi juga merupakan momen penting untuk membentuk pola pikir, berinteraksi, dan terlibat aktif dengan lingkungannya.
Lewat bermain, berbagai aspek perkembangan anak bisa tumbuh secara optimal. Termasuk perkembangan sosialnya. Anak-anak mungkin nggak bisa langsung mingle dengan kawan bermainnya sebab ini juga merupakan sebuah proses yang perlu melewati tahapan-tahapan tertentu.
Untuk itulah, sosiolog asal Amerika, Mildred Parten mengkategorikan perkembangan bermain anak melalui 6 tahapan. Ini dia penjelasannya, mom!
1. Unoccupied Play
Pada tahap ini anak belum terlibat langsung dalam kegiatan bermain. Mereka lebih banyak mengamati lingkungan sekitar yang menurutnya menarik. Dan jika tidak ada yang menarik, mereka cenderung menyibukkan diri dengan menyentuh bagian tubuhnyam membuat gerakan dengan kaki dan tangannya, dan sebagainya.
2. Solitary Play
Masuk ke tahap solitary play, anak mulai bisa bermain aktif tapi masih asik sendiri dan belum tertarik bermain dengan orang lain. Mereka cenderung tidak memperhatikan orang-orang atau anak-anak lain di sekitarnya.
Pada fase ini sifat egosentris anak masih dominan, mereka hanya memusatkan perhatiannya pada diri sendiri dan belum ingin berinteraksi dengan anak di sekitarnya. Biasanya mereka akan merasa terganggu jika didekati orang lain.
3. Onlooker Play
Selanjutnya pada tahap onlooker play, si kecil udah mulah melihat dan mengamat anak-anak lain di sekitarnya nih mom tapi mereka belum tertarik dan menunjukkan minat yang besar untuk bermain bersama.
Tapi di fase ini anak mulai menyadari kalau mereka adalah bagian dari lingkungan sehingga mereka lebih banyak melihat, mengamati, dan mendengarkan anak-anak lain yang asyik bermain.
4. Parallel Play
Nah, kalau di fase ini anak sudah mulai mau main berdampingan datau berdekatan dengan anak-anak lainnya. Tapi meski begitu, mereka masih cenderung tidak mempedulikan satu sama lain.
Mereka hanya fokus pada mainan mereka sendiri. Bisa juga sih memainkan mainan yang sama tapi tidak ada kontak maupun interaksi di antara mereka selama bermain.
5. Associative Play
Kalau pada tahap ini, anak mulai nih menunjukkan interksi dengan kawan-kawan lainnya meskipun selama bermain mereka masih tampak tidak saling ‘bekerja sama’. Kalaupun ada, interaksinya masih minim. Biasanya hanya sebatas percakapan sederhana atau saling meminjam mainan tapi belum ada pembagian peran atau kegiatan yang mengarah ke tujuan yang sama.
6. Cooperative Play
Nah, baru di fase cooperative play mereka baru bisa asik bermain dan tertarik dengan aktivitas anak-anak lain yang terlibat dalam permainan tersebut. Mereka sudah mulai bisa memutuskan aturan mainnya juga sudah mulai bisa bekerja sama dan ada pembagian peran. Misalnya si A jadi dokter dan si B jadi pasiennya.
Nah, jadi itulah 6 tahapan perkembangan bermain anak ya, mom. Kalau sekarang mommies suka bingung kenapa ya kok si kecil lebih suka main sendiri dan menolak kalau diajak bermain temannya, mungkin inilah jawabannya… Bukan karena mereka penakut ataupun pemalu, hanya saja mereka masih berada di salah satu stage tersebut.
Jadi ketimbang salah berprasangka, pahami betul-betul tahapan sosialiasi anak ini ya, mom!